
Gerakan Islam Berkemajuan
Mengapa hati ini berat sekali untuk merendah? Mengapa sering merasa lebih baik dari yang lain?. Padahal, jalan para Nabi adalah jalan kerendahan hati.
Mereka yang paling dekat dengan Allah, justru yang paling menunduk di bumi. Mereka yang paling suci, justru paling banyak menangis karena merasa masih lautan dosa. Mereka yang paling benar, justru paling sering meminta petunjuk.
Sementara kita?
Kita sulit sekali untuk berkata jujur kepada diri sendiri: Aku ini pendosa.
Padahal kalimat sederhana itu, jika lahir dari hati yang tulus, bisa membuka pintu kemuliaan dan ampunan.
Mengaku pendosa bukan berarti kehinaan. Tapi justru itu adalah titik awal menuju perbaikan. Ketika kita sadar bahwa kita kotor, maka kita akan sibuk mencuci. Ketika kita sadar bahwa hati ini gelap, maka kita akan terus berupaya mencari cahaya.
Orang yang merasa suci, istighfarnya hanya basa-basi. Hatinya tidak gemetar. Lidahnya tidak tulus. Dan ironisnya, ia tidak sadar bahwa keangkuhannya sedang meniru langkah iblis yang menolak bersujud karena merasa lebih baik dari Adam.
Sungguh, rendah hati bukan soal sikap tubuh, tapi sikap hati.
Ia adalah kesadaran bahwa: aku tidak tahu banyak, maka aku harus terus belajar. Aku bukan siapa-siapa, maka aku harus terus memperbaiki diri.
Rendah hati membuat kita tidak lelah menuntut ilmu. Karena orang yang merasa bodoh akan semangat mencari tahu. Tapi orang yang merasa sudah tahu segalanya, akan berhenti di satu titik, lalu menertawakan orang lain dari kejauhan.
Sesungguhnya setiap orang bisa menjadi guru, jika kita cukup rendah hati untuk belajar. Bahkan musuh pun bisa menyadarkan kita akan kekurangan diri. Juga anak kecil pun bisa mengajarkan kejujuran, kesungguhan, dan kesabaran, jika hati kita tidak dibutakan oleh keangkuhan.
Mengapa kita tidak mau berkata pada diri:
“Aku ini belum lurus jalannya, aku ini masih banyak sesatnya.”
Kalimat itu akan membuat kita semangat meminta petunjuk. Akan membuat kita tidak berhenti berdoa: “Ya Allah, tunjukilah aku jalan yang lurus…”
Semoga Allah membimbing kita semua untuk menapaki jalan mulia ini.
Jalan yang sunyi, tapi dipenuhi cahaya.
Jalan para Nabi. Jalan orang-orang rendah hati.
Kawunganten, Cilacap, 28 Juni 2025