
Di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi, umat Islam dihadapkan pada berbagai tantangan keimanan. Kehidupan yang serba cepat, godaan dunia maya, serta menurunnya interaksi sosial secara langsung dapat mengikis nilai-nilai keislaman dalam keseharian. Di sinilah pentingnya nilai istiqomah—konsistensi dalam beriman dan beramal saleh.
Istiqomah bukan sekadar slogan. Ia adalah bentuk keteguhan hati dan komitmen tinggi kepada ajaran Islam, sebagaimana ditekankan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadits.
Dalil Al-Qur’an tentang Istiqomah
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka tetap istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.’”
(QS. Fussilat: 30)
Ayat ini menekankan bahwa istiqomah adalah jalan menuju ketenangan, keridhaan Allah, dan surga. Ia bukan hanya soal ibadah personal, tetapi menyangkut keseluruhan sikap dan amal hidup.
Makna dan Tantangan Istiqomah di Era Digital
Rasulullah SAW bersabda:
“Bertaqwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada…”
(HR. Tirmidzi)
Ketaqwaan dan istiqomah perlu diterapkan kapan pun dan di mana pun, baik dalam kondisi sehat maupun sakit, sempit atau lapang. Dalam Surat Ali Imran disebutkan bahwa Allah mencintai orang yang bertaqwa di segala situasi, sedangkan dalam Al-Hujurat: 17 ditegaskan bahwa derajat manusia ditentukan oleh ketaqwaannya, bukan status duniawi.
Telaah Buku Kuliah Akhlaq: Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas
Dalam bukunya “Kuliah Akhlaq” (Yogyakarta: LPPI, 2010), Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas menyampaikan bahwa akhlaq adalah buah dari iman. Maka, keistiqomahan seseorang akan tercermin dalam:
- Sikap jujur, sekalipun tidak diawasi.
- Amanah dalam tanggung jawab, baik besar maupun kecil.
- Menjaga lisan dan perbuatan dari hal yang sia-sia.
Ia menulis:
“Akhlaq tidak hanya tampak dalam ibadah ritual, tapi dalam relasi sosial. Orang yang istiqomah akan tetap santun dan jujur meski berada dalam tekanan atau sendirian.”
(Yunahar Ilyas, 2010: 45)
Teladan KH. Ahmad Dahlan dalam Istiqomah Dakwah
KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, menghadapi tantangan besar di awal dakwahnya. Namun, ia tidak menyerah. Beliau tetap istiqomah memperjuangkan tajdid (pembaruan), pendidikan, dan pelayanan umat.
Dalam buku “Sang Pencerah” (Suratmin, 1990), disebutkan bahwa KH. Ahmad Dahlan tidak hanya mengajarkan tauhid, tapi juga mempraktikkannya dalam bentuk nyata: sekolah, rumah sakit, dan panti asuhan sebagai bentuk amal shaleh yang berkelanjutan.
Langkah Praktis Menjadi Muslim Istiqomah
- Jaga Shalat Lima Waktu meski dalam kesibukan.
- Isi waktu luang dengan hal produktif, bukan scroll media sosial tanpa arah.
- Ikut kajian rutin, seperti TAMASA PRM Tritih Kulon atau kajian masjid setempat.
- Bangun komunitas positif, baik offline maupun online.
- Gunakan media sosial untuk berdakwah, bukan untuk debat atau hal sia-sia.
Kehidupan kita terlalu berharga jika hanya dihabiskan untuk hal duniawi. Istiqomah menjadikan kita teguh, lurus, dan terarah dalam mencapai ridha Allah. Di era digital ini, kemajuan teknologi seharusnya menjadi alat dakwah, bukan alat untuk melalaikan.
“Ya Allah, tetapkanlah hati kami di jalan-Mu, dan jadikan kami termasuk hamba-hamba-Mu yang istiqomah hingga akhir hayat.”
📚Referensi
- Al-Qur’an: QS. Fussilat: 30, QS. Ali Imran: 134, QS. Al-Hujurat: 17
- Hadits Riwayat Tirmidzi
- Yunahar Ilyas. (2010). Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI
- Suratmin. (1990). Sang Pencerah: Biografi KH. Ahmad Dahlan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
- Haedar Nashir. (2019). Islam Berkemajuan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah