Bersosial Media dengan Akhlaq: Dakwah Bijak di Ujung Jari

Di era digital saat ini, media sosial bukan hanya tempat berbagi keseharian, tetapi juga menjadi arena utama dalam membentuk opini, menyebarkan ilmu, bahkan menyampaikan dakwah. Dalam konteks ini, menjaga akhlaq digital menjadi suatu keharusan bagi seorang Muslim agar tetap berada dalam jalan yang lurus.
1. Akhlaq di Dunia Maya Sama Pentingnya dengan di Dunia Nyata
Sebagian orang merasa bebas berkata kasar atau menyebarkan informasi sembarangan di dunia maya. Padahal Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa akhlaq dalam berkata berlaku di semua tempat—termasuk di status WhatsApp, kolom komentar, dan media sosial lainnya.
2. Al-Qur’an dan Etika Komunikasi
Al-Qur’an memberikan panduan jelas dalam berkomunikasi:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti…”
(QS. Al-Hujurat: 6)
Ayat ini mengajarkan prinsip tabayyun atau klarifikasi. Jangan mudah menyebarkan berita sebelum memverifikasi kebenarannya.
Demikian pula dalam QS. Al-Isra’ ayat 53:
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik. Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.”
(QS. Al-Isra’: 53)
Komunikasi yang baik dapat mencegah konflik dan menjaga ukhuwah islamiyah, termasuk dalam dunia digital.
3. Prinsip Dakwah di Media Sosial
Dakwah bukan hanya tugas para ustadz di atas mimbar. Rasulullah SAW bersabda:
“Sampaikanlah dariku walau satu ayat.”
(HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan bahwa setiap Muslim memiliki peran dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan, termasuk melalui unggahan, komentar, dan konten di media sosial.
4. Pendekatan Ilmiah: Etika Digital dalam Perspektif Islam
Menurut kajian dari Imron Arifin (2021) dalam Jurnal Komunikasi Islam UIN Sunan Ampel, konsep akhlaq digital merupakan bentuk perluasan dari akhlaq Islami yang diterapkan dalam ruang virtual. Ia menyebut bahwa:
“Bermedia sosial tanpa etika yang benar akan merusak citra dakwah Islam, dan bahkan bisa menciptakan polarisasi umat.”
Senada dengan itu, Fachruddin Mangunjaya dalam bukunya Komunikasi Islami di Era Media Sosial menekankan bahwa komunikasi dakwah harus dilakukan dengan hikmah, bukan sekadar benar, tetapi juga bijak dan santun.
5. Tips Menjadi Muslim Cerdas di Media Sosial
- Tulis dengan niat dakwah, bukan sekadar sensasi
- Saring sebelum sharing: pastikan informasi benar dan bermanfaat
- Hindari debat kusir, apalagi dengan nada mencela
- Gunakan waktu digital secukupnya, jangan sampai lalai dari ibadah utama
6. Praktik Nyata dari PRM Tritih Kulon
Sebagai bentuk dakwah digital yang beradab, PRM Tritih Kulon aktif mengelola media sosial untuk:
- Menyebarkan kutipan tausiyah kajian TAMASA
- Membagikan info kegiatan dakwah dan sosial
Ini membuktikan bahwa media sosial bisa menjadi wasilah (sarana) dakwah yang efektif, jika dikelola dengan niat yang benar dan akhlaq mulia.
📚 Referensi Lengkap:
- Al-Qur’an QS. Al-Hujurat: 6
- QS. Al-Isra’: 53
- HR. Bukhari & Muslim
- Arifin, Imron. (2021). Akhlaq Digital: Perspektif Islam terhadap Etika Bermedia Sosial. Jurnal Komunikasi Islam, UIN Sunan Ampel
- Mangunjaya, Fachruddin. (2020). Komunikasi Islami di Era Media Sosial. Jakarta: Yayasan Taman Tumbuh