
Masjid merupakan pusat kehidupan umat Islam. Ia bukan hanya tempat ibadah ritual, tetapi juga pusat pendidikan, pemberdayaan, dan pemersatu masyarakat. Dalam sejarah Islam, Rasulullah ﷺ menjadikan masjid sebagai sentra dakwah dan pengembangan peradaban.
Di era modern, peran masjid perlu terus dihidupkan agar mampu menggerakkan umat secara lebih luas dan fungsional. Masjid tidak cukup hanya ramai saat Ramadhan, tetapi harus hidup sepanjang waktu—sebagai rumah spiritual sekaligus sosial bagi umat.
Masjid dalam Tradisi Muhammadiyah
Muhammadiyah, sebagai gerakan Islam tajdid, telah memberikan perhatian besar terhadap optimalisasi fungsi masjid. Dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM) dijelaskan bahwa masjid hendaknya:
“Dihidupkan secara aktif dan dinamis dalam kegiatan ibadah, pengajian, pendidikan, pelayanan sosial, dan pemberdayaan umat.”
(PHIWM, Bab IV: Kehidupan Bermasyarakat)
Dengan semangat inilah, Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Tritih Kulon senantiasa berusaha menghidupkan masjid bukan hanya sebagai tempat shalat berjamaah, tetapi juga sebagai ruang dakwah, pengajaran, kajian, dan pelatihan keummatan.
Menggerakkan Umat Melalui Masjid
Menghidupkan masjid berarti menjadikan masjid berdaya guna bagi masyarakat sekitar. Kegiatan seperti pengajian rutin, kajian tafsir, pelatihan keterampilan, taman pendidikan Al-Qur’an (TPA), hingga layanan sosial adalah bentuk konkret dari masjid yang hidup.
Sebagaimana ditegaskan oleh Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag., ulama Muhammadiyah dan penulis buku Kuliah Akhlaq:
“Masjid bukan hanya tempat berdoa, tetapi tempat mencetak manusia berakhlak dan berilmu. Masjid yang hidup akan melahirkan masyarakat yang tangguh.”
Dengan menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan umat, kita menghidupkan semangat Islam yang inklusif, mencerahkan, dan membebaskan.
Masjid yang Ramah dan Solutif
Masjid perlu menjadi ruang yang ramah bagi semua kalangan: anak-anak, remaja, lansia, perempuan, mualaf, bahkan komunitas disabilitas. Sebuah masjid yang terbuka akan melahirkan iklim dakwah yang menyentuh dan membina, bukan sekadar menggugurkan kewajiban.
Muhammadiyah dalam berbagai kesempatan mengajak masjid-masjid untuk lebih terbuka terhadap problem sosial umat, seperti kemiskinan, pendidikan rendah, dan isu lingkungan. Semua ini dapat menjadi bagian dari gerakan dakwah yang membumi.
PRM Tritih Kulon: Masjid Sebagai Pusat Gerakan
Sebagai bagian dari Muhammadiyah Cilacap, PRM Tritih Kulon telah menggiatkan berbagai program berbasis masjid, antara lain:
- Kajian rutin TAMASA (Ta’lim Malam Selasa)
- TPA untuk anak-anak dan remaja
- Majelis taklim ibu-ibu
- Kegiatan sosial dan qurban kolektif
Kegiatan-kegiatan ini tak hanya menumbuhkan keimanan, tapi juga menumbuhkan peran jamaah dalam membangun masyarakat Islami yang tangguh dan peduli.
Menghidupkan masjid bukan sekadar mengisi ruang kosong dengan kegiatan. Ia adalah proses membangkitkan semangat jamaah untuk mencintai Islam secara menyeluruh. Ketika masjid hidup, umat pun bergerak. Ketika umat bergerak, peradaban pun bangkit.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Taubah: 18:
“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah…”
Mari bersama menghidupkan masjid kita. Karena dari sinilah umat akan menemukan arah, cahaya, dan kekuatan untuk membangun masa depan yang lebih baik.
Referensi:
- Al-Qur’an Surat At-Taubah: 18
- Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM)
- Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI UMY
- Kurniawan, Dadan Wildan. (2021). Masjid dan Transformasi Sosial Umat. Jurnal Al-Muqaddimah, UIN Sunan Gunung Djati
- Hasyim, Syamsul. (2022). Revitalisasi Masjid dalam Gerakan Dakwah Kultural Muhammadiyah. Prosiding Muktamar Muhammadiyah ke-48