
Gerakan Islam Berkemajuan
1. Air yang Mendidih (Hamyim)
“Diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.”
(QS. Muhammad: 15)
Minuman ini bukan sekadar panas, tapi mendidih, melepuhkan mulut, membakar tenggorokan, dan menghancurkan organ dalam. Saat masuk ke tubuh, usus hancur seketika.
2. Cairan Nanah dan Darah (Ghislin / Ghasaq)
“Maka tiada makanan bagi mereka selain dari ghislin (nanah dan darah busuk).”
(QS. Al-Haqqah: 36)
Ghislin adalah campuran nanah, darah busuk, dan cairan menjijikkan dari tubuh-tubuh pendosa yang dibakar. Mereka dipaksa meminumnya dalam keadaan haus, sebagai balasan atas kesombongan dan kekafiran.
3. Air Besi yang Mendidih (Muql)
“Diberi minuman dengan besi cair yang mendidih, lalu dipaksakan ke mulutnya.”
(QS. Ibrahim: 16)
Bayangkan logam cair yang suhu panasnya melelehkan tubuh, lalu dituangkan ke wajah dan dipaksakan ke mulut pendosa. Ini bukan sekadar siksa, tapi kehinaan abadi.
4. Air Seperti Minyak yang Mendidih
“…seperti air minyak yang mendidih, membakar wajah. Itulah seburuk-buruk minuman dan tempat yang paling buruk.”
(QS. Al-Kahfi: 29)
Minuman ini bukan air biasa, tapi seperti minyak mendidih, yang jika mendekati wajah saja, sudah membuat kulit mengelupas. Namun penghuni neraka tetap dipaksa meminumnya.
5. Air Nanah Campur Air Daging Terbakar
Dalam sebagian tafsir dan hadits, disebutkan bahwa minuman pendosa adalah cairan menjijikkan yang keluar dari tubuh mereka sendiri dan dari tubuh sesama pendosa. Keringat, nanah, daging terbakar yang mencair—semuanya dicampur lalu diberikan sebagai “minuman”.
Peringatan keras dari Allah, “Jika mereka meminta minuman, mereka akan diberi minuman seperti logam cair yang membakar wajah. Itulah seburuk-buruk minuman dan tempat bersandar.”
(QS. Al-Kahfi: 29)
Minuman dunia menyegarkan. Minuman surga menghidupkan.
Tapi minuman neraka… menghancurkan.
Ia bukan karena Allah dzalim,
Tapi karena manusia sendiri menolak kebenaran, memilih maksiat, dan menolak untuk taubat.
“Ini balasan kalian, karena kalian dahulu bersenang-senang di dunia tanpa rasa takut (kepada Allah).”
(QS. Al-Ahqaf: 20)