
Oleh: Didi Eko Ristanto
Pagi ini, Rabu 7 Mei 2025. Masih tercium aroma tanah basah yang berpadu dengan wangi khas rerumputan halaman Masjid At-Taqwa, Klepu. Hujan semalam membasuh bumi, seakan menyampaikan pesan bahwa masih ada harapan untuk bersih. Saya datang dua belas menit sebelum iqamah. Menunaikan dua rakaat qobliyah, lalu duduk bersimpuh dengan lantunan zikir: Subhanallah wabihamdih, Subhanallahil ‘Adzim, astaghfirullah—seratus kali. Semoga cukup untuk mengetuk pintu ampunan.
Selepas Subuh, saya menyampaikan sekelumit tafsir dari firman Allah dalam Surah Qaf, ayat 30:
“Pada hari itu Kami berkata kepada Jahanam: ‘Apakah kamu sudah penuh?’ Jahanam menjawab: ‘Masih ada tambahan?'”
(Qaf: 30)
Pertanyaan Allah yang begitu mengguncang. Bayangkan: Allah, Rabb yang Maha Tahu, bertanya pada Jahanam—sebuah tanya yang bukan untuk mencari tahu, tapi untuk mengguncang kesadaran manusia. Dan jawabannya lebih menggetarkan: hal min mazîd?—”Masih ada tambahan?”
Jahanam, ternyata tak pernah merasa penuh. Seolah ia selalu haus akan tubuh-tubuh yang menyimpang. Ia tak lelah menyambut jin dan manusia yang melanggar batas. Sebab memang sudah janji Allah:
“Dan sungguh, akan Aku isi neraka Jahanam dengan jin dan manusia semuanya.”
(Surah As-Sajdah: 13)
Sungguh, ini bukan sekadar peringatan. Ini adalah kepastian. Jahanam akan terus meminta dan meminta. Sampai kelak Allah meletakkan kaki-Nya di dalamnya.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:
“Neraka terus berkata: ‘Apakah masih ada tambahan?’ Sehingga Rabb-mu meletakkan kaki-Nya di dalamnya. Maka ia pun berkata: ‘Cukup, cukup, demi kemuliaan dan keagungan-Mu.’”
(HR. Bukhari-Muslim)
Bayangkan, saking luas dan dalamnya, api neraka tidak puas-puas hingga Allah menahan amarahnya dengan kehadiran-Nya sendiri. Lalu ia baru merasa cukup. Namun, berapa banyak yang sudah masuk? Berapa juta atau miliar jiwa yang telah dilempar ke dalamnya?
Lantas siapa kita yang merasa tenang? Siapa kita yang bisa bersandar di dunia, padahal mungkin kita sedang dalam antrean panjang ke sana?
Allah menggambarkan isi neraka dengan begitu jelas dalam Surah Ibrahim:
“Dan pakaian mereka dari ter (aspal panas), dan wajah mereka ditutup oleh api neraka.”
(Ibrahim: 50)
Minuman mereka adalah seperti logam yang mendidih, yang merobek perut dan melumat isi tubuh. Pakaian mereka bukan dari kain lembut, tapi dari cairan panas dan api yang membakar. Adakah yang masih tertawa tanpa rasa takut setelah mendengar ini?
Adakah yang masih berani menunda taubat, seolah kematian belum ditetapkan waktunya?
Padahal, Allah telah mengajarkan doa yang begitu indah, begitu dahsyat, untuk meminta perlindungan dari Jahanam. Doa yang singkat, namun penuh makna:
“Allahumma ajirna minan-naar.”
“Ya Allah, lindungilah kami dari api neraka.”
Atau bisa juga doa selepas tasyahud akhir
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Allahumma inni a’udzu bika min ‘adzaabi jahannam, wa min ‘adzaabil qabr, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min sharri fitnatil masihid dajjal.”
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, siksa kubur, fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.”
Bukan hanya untuk dihafal. Tapi untuk dirasakan dengan hati yang gentar. Dengan jiwa yang merinding.
Wahai Jiwa yang Masih Hidup, Kembalilah, Hari ini, tanah basah mengingatkan kita: air hujan bisa membersihkan permukaan bumi. Tapi hanya air mata taubat yang bisa membersihkan hati dan menolak tubuh dari nyala api. Jangan tunda! Sebelum datang hari di mana mata terbeliak ketakutan, telinga tuli karena teriakan, dan kulit menjadi saksi atas semua yang pernah dilakukan.
Kita bukan siapa-siapa. Tapi kita punya Allah yang Maha Pengampun.
Datanglah. Menangislah. Berlututlah.
Ucapkan dengan jujur dari hatimu:
“Allahumma ajirna minan-naar.”
“Ya Allah, lindungi aku dari neraka-Mu.”
“Jangan biarkan aku menjadi tambahan bagi Jahanam.”
“Jadikan aku bagian dari orang-orang yang Engkau ampuni sebelum ajal datang.”
Pagi ini bisa jadi pagi seperti biasa. Tapi bisa juga jadi saksi perubahanmu.
Mulailah hari ini… sebelum neraka berkata lagi:
“Masih ada tambahan?”